Judul :
Stop Pacaran, Ayo Nikah!
Penulis : Hamidulloh Ibda
Penerbit :
Lintang Rasi Aksara Books bekerja sama dengan Lentera Aksara
Cetakan :
Pertama, Januari 2014
Tebal :
xxiii+115 Halaman
Ukuran :
13 x 19 cm
ISBN :
978-602-7802-18-6
Harga :
Rp 30.000,- (Harga Promo)
Dampak membaca buku ini:
Anda tercerahkan dan dihadapkan dua pilihan, pacaran atau
menikah? Atau menikah lalu pacaran? Anda punya pilihan.
Bagi laki-laki harus siap digeruduk pacarnya,
karena kaum hawa pasti memilih dinikahi daripada sekadar dipacari.
Mendapat ilmu baru tentang cara bercinta dan bercanda
dengan gelombang asmara di pucuk-pucuk kehidupan.
Meningkatkan gairah bekerja, berkarya dan mencari uang
untuk mempersiapkan bekal menikah.
Memunculkan ide,
gagasan dan cara yang baik, jitu dan revolusioner untuk melakukan retorika
percintaan terhadap kekasih.
Mengetahui cara bersetubuh yang nikmat dan dahsyat sesuai
ajaran agama.
Bagi pembaca buku ini yang tidak mendapatkan apa-apa,
tidak berani nikah dan istiqomah pacaran, maka bakar dan buang saja buku ini.
1. Keterangan:
Buku ini sangat murah, renyah, tidak terlalu tebal,
ringan dibawa dan ribuan ide tersimpan di dalamnya.
Buku ini “ngepop” dan bahasanya mudah dipahami, lugas dan
penulis optimis akan terjual habis selama 1 bulan.
Cocok untuk semua kalangan, baik petani, pemuda galau,
dosen, karyawan, tukang parkir, penulis, sastrawan, budayawan, bahkan tukang
cukur perlu memiliki buku ini.
Selama masa promo, pembeli mendapat diskon 5 %, dan yang
membeli 5 gratis 1 buku. Harga belum termasuk ongkos kirim. Bagi yang berminat,
bisa mengubungi (085642781369 IM3, 08225483641 AS, 083838990298 Axis).
Pendapat pembaca tentang buku ini:
“Banyak efek negatif dari pacaran,
dan menikah menjadi jalan utama menghindari seks bebas. Dengan membaca buku ini,
Aku tercerahkan lahir batin”.
- M. Abdul Rozaq, Direktur
Walisongo TV IAIN Walisongo Semarang.
“Pacaran setelah menikah lebih
nikmat dan berkesan. Segala perilaku kita sudah direstui orang tua dan halal di
depan Allah. Tidak percaya? Silahkan coba!”
- Puji Sugiharti, S.Pd, Guru SD
Muktiharjo Kidul 02 Tlogosari, Semarang.
“Setelah membaca buku ini, Saya
semakin paham bagaimana cara berpacaran yang baik dan produktif.”
- Indra Bagus Kurniawan, Ketua Majelis Permusyawaratan
Kelas (MPK) SMA 1 Blora.
“Semua perempuan yang punya pacar
pasti ingin menikah. Karena kebahagiaan sejati adalah menikah, bukan pacaran”.
- Putri Naimatul Jannah, S.Pd, Ketua
IPPNU Ranting Trimulyo, Weleri, Kendal periode 2009-2010.
“Aktivis sejati pasti memilih
menikah daripada pacaran. Saya sendiri mendapat ledakan motivasi untuk bekerja dan
menyiapkan masa depan ketika dihadapkan dengan pernikahan.”
- Alin Fithor, S.Kel, Ketua Umum HMI Cabang Semarang
periode 2012-2013.
“Pacaran menjadi abadi dan ibadah
setelah menikah. Jika belum nikah, akan menjadi dosa dan laknat Tuhan”.
- Wahyu Ambarwati, S.Pd, Sekretaris
SMART-A Bimbel Semarang.
“Menikah bisa mencegah maksiat dan menjadi
investasi ibadah. Bagi yang sudah siap, urgensi menikah adalah 100 %. Tunggu
apa lagi?”
- Izmi Naula, A.Ma, Teller
Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Tegal.
“Buku seperti ini sangat
bermanfaat bagi pemuda agar tidak salah arah dan tersesat di lembah kegelapan”.
- M Khasanudin, S.Pd, Sekretaris
LP2K EMECE Rembang.
“Lebih enak nikah dulu, baru pacaran. Saya
lebih menjadi perempuan sejati jika dinikahi dengan terhormat daripada dipacari
saja.”
- Jumiati, S.Pd, Alumnus
Universitas Negeri Sriwijaya, Palembang; Mahasiswi Pascasarjana Unnes.
“Banyak pendidikan karakter
tertulis di buku ini, salah satunya adalah pendidikan moral bagi remaja untuk
tidak melakukan seks bebas atau kumpul kebo.”
- Amal Nur Ngazis, SSos.I, Wartawan
Vivanews.com.
“Sampai kapan saja jika masih
pacaran, tetap tidak enak dan dikejar-kejar dosa. Lebih enak, aman dan nyaman
ketika sudah menikah. Stop pacaran, ayo belajar jika belum mampu menikah”.
-Dewi Ayu Jamilah, Mahasiswi
STIKES Cendekia Utama, Kudus.
“Alquran secara tegas menyuruh umat Islam
untuk menikah, karena berdampak baik pada psikis dan meningkatkan strata
sosial. Lalu, tunggu apa lagi jika sudah mampu dan memenuhi syarat?”
- Abdul Aziz Al-hafiz, Penghafal
Alquran, mahasiswa peraih beasiswa PTIQ Jakarta.
“Pacaran dan menikah sama baiknya.
Tapi yang paling baik adalah pacaran setelah menikah, karena menghindari zina
dan dosa”.
- Yuliana, TKW di Hongkong asal
Magetan, Jatim.
“Pemuda hebat adalah yang berani
nikah muda. Sukses akademik, organisasi dan sukses pribadi, salah satunya nikah
muda”.
-Verry Achmad, Ketua Umum PB
Gerakan Pemuda Nusantara.
“Sebagai aktivis perempuan, Saya lebih
mendukung menikah daripada sekadar pacaran yang orientasinya tidak jelas”.
-Siti Nur Malikha, SH.I, Ketua
Umum Kohati HMI Badko Jateng-DIY.
“Saya merinding dan takut pacaran
setelah membaca buku ini. Pacaran sebelum menikah adalah ujian terberat dari
usaha menghindari zina.”
- Achmad Hasyim, Sekretaris
Redaksi Majalah Tuntas Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Tuntas Semarang.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking